هِمَّتِيْ
أَمْطِرِيْ لُؤْلُؤَاًجْبَالَ سَرْنَدِيْـ
ـبَ وَفِيْضِيْ آبَارَ تَكْرُوْرَ تِبْرَا
أَنَا إنْ عِشْتُ لَسْتُ أعْدَمُ قُوتاً
وَإِذَا مِتُّ لَسْتُ أعْدَمُ قَبْرَا
هِمَّتِيْ هِمَّة ُ اْلمُلُوْكِ وَنَفْسِيْ
نَفْسُ حُرٍّ تَرَى الْمَذَلَّة َ كُفْرَا
وَإِذَا مَا قَنَعْتُ بِاْلقُوْتِ عُمْرِيْ
فَلِمَاذَا أَزُوْرُ زَيْداً وَعَمْرَا
Cita-Citaku
- Wahai gunung-gunung Sarandib jatuhkanlah hujan mutiara
Wahai sumur-sumur Takora banjirkanlah emas-emasmu. - Apabila aku hidup, aku tidak khawatir makan
Apabila aku mati, aku tidak khawatir tanah kubur. - Cita-citaku adalah cita-cita para raja
Dan jiwaku adalah jiwa merdeka yang sangat benci terhadap kehinaan. - Apabila aku tidak merasa puas dengan makanan selama hidupku
Kenapa aku menengok Si Zaid dan si Umar ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar