Terimakasih atas Koreksi dalam Penerjemahan....!
Assalamu'alaikum Wr. Wb....!

Minggu, 19 Desember 2010

Menolak Kejahatan


دَفْعُ الشَّرِّ

لَمَّا عَفَوْتُ وَلَمْ أَحْقِدُ عَلىَ أَحَدٍ       

أَرَحْتُ نَفْسِيْ مِنْ هَمِّ اْلعَدَاوَاتِ

إِنِّيْ أُحَيِّيْ عَدُوِّيْ عِنْدَ رُؤْيَتِهِ               

لِأَدْفَعَ الشَّرَّ عَنِّيْ بِالتَحِيَّاتِ

وَأُظْهِرُ اْلبِشْرَ لِلإِنْسَانِ أَبْغَضُهُ      
 كَمَا إِِن قَد حَشَى قَلْبِيْ مَوَدَّاتِ

النَّاسُ دَاءٌ ،وَدَاءُ النَّاسِ قُرْبُهُمْ     
 وَفِي اعْتِزَالِهِمْ قَطْـعُ اْلمَوَدَّاتِ


Menolak Kejahatan
  1. Sewaktu aku memberi maaf dan tidak dengki pada orang lain
    Jiwaku menjadi tenang dari permusuhan yang merisaukan.
  2. Apabila aku bertemu musuhku aku akan menghormatinya
    Kesalahanku dapat kutebus dengan penghormatanku padanya.
  3. Kutampakkan wajah yang cerah kepada orang-orang yang kubenci
    Seolah-olah hatiku dipenuhi dengan segera rasa riang.
  4. Manusia itu adalah penyakit dan penyakit manusia adalah mendekatinya
    Sedang menjauhi mereka terputuslah rasa kasih sayang.

Seseorang Itu Dinilai dengan Dua Hal: Hati dan Lidahnya


المَرْءُ بِأَصْغَرَيْهِ قَلْبُهُ وَلِسَانُهُ

إِذَا اْلمُشْكِلاَتُ تَصَدَّيْنَ لِيْ          
 كَشَفْتُ حَقَائِقَهـَا بِالنَّظَرِ

لِسَـانٌ كَشَقْشَقَةِ اْلأَرْحَبِي            
 وَكَاْلحُسَّامِ اْليَمَانِيِّ الذَّكَرُ

وَلَسْتُ بِإِمَّعَةٍ فِي الرِّجَالِ           
 أُسَائِلُ هَذَا وَذَا مَا اْلخَبَرُ


وَلَكِنَّن مُدْرَهُ اْلأَصْغَـرَيْنِ           
جَلاَّبُ خَيْرٍ وَفَرَّاجُ شَرٍّ



Seseorang Itu Dinilai dengan Dua Hal: Hati dan Lidahnya
  1. Apabila berbagai kemusykilan saling datang menimpaku
    Maka aku dapat menyingkap apa sebenarnya yang terjadi.
  2. Mulut yang bagai ludah onta yang berasal dari negeri Arhih
    Dan seorang lelaki seperti padang Yaman.
  3. Aku tidak ikut-ikutan pada pendapat-pendapat orang
    Aku mesti tanya ini dan itu bagaimana keadaan mereka.
  4. Tetapi aku menjadi pemukanya baik dalam hati maupun lisan
    Yang menarik suatu kebaikan dan menghilangkan kesusahan.

Menerima Takdir


الرِّضَا بِاْلقَدَرِ

وَمَا أَنَا رَاضٍ مِنْ زَمَانِيْ بِمَا تَرَى
وَلَكِنَّنِيْ رَاضٍ بِمَا حَكَمَ الدَّهْـرُ

فَإِنْ كَانَتِ اْلأَيَّـامُ خَانَتْ عُهُوْدُنَـا
فَإِنِّيْ بِهَا رَاضٍ وَلَكِنَّهَا قَهْــرُ



Menerima Takdir
  1. Apa yang kamu lihat sekarang bahwa aku tidak puas dan menerima
    Namun aku puas dan menerima dengan segala keputusan Allah.
  2. Apabila hari-hari yang kulalui tidak memenuhi yang kukehendaki
    Maka sebenarnya saya tidak menerima Namun dalam keadaan terpaksa.

Jalan Keluar


اْلمَخْرَجُ

وَلَرُبَّ نَازِلَة ٍ يَضِيْقُ لَهَا الْفَتَى      
ذَرْعاً، وَعِنْدَ اللهِ مِنْهَا اْلمَخْرَجُ

ضَاقَتْ فَلَمَّا اسْتَحْكَمَتْ حَلَقَاتُهَا     
فَرَجَتْ، وَكُنْتُ أَظُنُّهَالاَ تَفْرُجُ



Jalan Keluar

  1. Banyak kejadian-kejadian yang menyusahkan pemuda
    Padahal di sisi Allah banyak jalan keluar.
  2. Lingkaran-lingkarannya sempit semakin kuat justru semakin renggang
    Semula aku mengira hal itu tidak akan terbuka.

Sifat Qonaah dan Tamak


القَنَاعَةُ وَالطَّمَعُ

العَبْدُ حُرٌّ إِنْ قَنَعْ             
وَاْلحُرُّ عَبْدٌ إِنْ طَمَعَ

فَاقْنَعْ وَلاَ تَطْمَعْ فَلاَ          
شَيْءٌ يَشِيْنُ سِوَى الطَّمَعُ


Sifat Qonaah dan Tamak
  1. Seorang budak menjadi merdeka jika ia memiliki rasa qonaah
    Dan seorang merdeka akan budak jika memiliki sifat tamak.
  2. Relalah dan janganlah kamu tamak
    Karena tidak ada sesuatu yang memburukkan kecuali ketamakan.

Salah Satu Musibah


إِحْدَى اْلمُصِيْبَاتِ

يَا لَهْفَ نَفْسِيْ عَلَى مَالٍ أُفَرِّقُهُ      
عَلَى اْلمُقِلِّيْنَ مِنْ أَهْلِ اْلمُرُوْءَاتِ

إِنَّ اعْتِذَارِيْ إِلَى مَنْ جَاءَ يَسْأَلُنِيْ 
  مَا لَيْسَ عِنْدِيْ لَمِنْ إِحْدَى اْلمُصِيْبَاتِ


Salah Satu Musibah
  1. Alangkah rugi diriku karena harta yang lepas
    Kepada sedikit orang yang punya kewibawaan.
  2. Ketidak mampuanku untuk memberi kepada orang yang datang padaku
    Sedang diriku memang tidak punya adalah suatu musibah.

Sabtu, 18 Desember 2010

Sesuai Dengan Kadar Kerja Keras


بِقَدْرِ اْلكَدِّ

بقَدْرِ اْلكَدِّ تُكْتَسَبُ اْلمَعَالِيْ
وَمَنْ طَلَبَ اْلعُلاَ سَهِرَ الَّليَالِيْ

وَمَنْ رَامَ اْلعُلاَ مِنْ غَيْرِ كَدًّ
أَضَاعَ اْلعُمْرَ فِيْ طَلَبِ اْلمُحَالِ

تَرُوْمُ اْلعِزَّ ثُمَّ تَنَامُ لَيْلاً   
يَغُوْصُ اْلبَحْرَ مَنْ طَلَبَ الَّلآلِيْ


Sesuai Dengan Kadar Kerja Keras
  1. Sesuai dengan kadar kerja keras (segitulah) diperoleh kemuliaan
    Barang siapa menghendaki derajat yang tinggi, (maka) ia akan begadang dimalam hari.
  2. Barang siapa menghendaki derajat tinggi tanpa kerja keras
    Maka sia-sia lah umur hidupnya dalam menempuh hal mustahil.
  3. Engkau menghendaki ilmu tapi engkau tidur sepanjang malam
    Akan menyelami kedalaman lautan, orang yang ingin mendapatkan mutiara.

Ketentuan Takdir


القَضَاءُ

أرَى حُمُراً تَرْعَى وَتُعْلَفُ مَا تَهْوَى       
وَأَسَداً جِيَاعاً تَظْمَأُ الدَّهْرَ لاَ تُرْوَى

وَأَشْرَافَ قَوْمٍ لاَ يَنَالُوْنَ قُوْتَهُمُ    
وَقَوْماً لِئَاماً تَأكُلُ المَنَّ والسَّلْوَى

قَضَاءٌ لدَيَّانِ اْلخَلاَئِقِ سَابِقٌ             
وَلَيْسَ عَلَى مُرِّ اْلقَضَا أَحَدٌ يَقْوَى

فَمَنْ عَرَفَ الدَّهْرَ اْلخُؤُوْنَ وَصَرْفَهُ      
تَصْبِرُ لِلْبَلْوَى وَلَمْ يُظْهِرِ الشَّكْوَى


Ketentuan Takdir
  1. Kulihat keledai itu makan apa yang ia sukai
    Dan kulihat singa-singa itu lapar dan haus selamanya.
  2. Kulihat para hangsawan itu hidup dalam kekurangan
    Sedang rakyat biasa kulihat mereka hidup mewah.
  3. Itu merupakan takdir yang akan dilalui para makhluk
    Dan tidaklah kuat seseorang akan pahitnya takdir.
  4. Orang yang mengetahui berubahnya masa dan keadaan
    la akan sabar menghadapi cobaan dan tidak akan mengeluh.

Tinggalkanlah Orang Bodoh


أَعْرِضْ عَنِ اْلجَاهِلِ

أَعْرِضْ عَنِ اْلجَاهِلِ السَّفِيْهِ       
فَكُلُّ مَا قَالَ فَهُوَ فِيْهِ

مَا ضَرَّ نَهْرَ اْلفُرَاتِ يَوْماً         
أَنْ خَاضَ بَعْضُ اْلكِلاَبِ فِيْهِ



Tinggalkanlah Orang Bodoh
  1. Pergilah kamu Tinggalkan orang dungu itu
    Apa yang ia katakan. Hanya itu saja yang tahu.
  2. Sungai Eufrat itu tidak akan berbahaya
    Meski ada anjing yang tenggelam di situ.

Bela Sungkawa


التَعْزِيَةُ

إِنِّيْ مُعَزِّيْكَ لاَ أَنِّيْ عَلَى ثِقَة ٍ       
مِنَ اْلخُلُوْدِ، وَلَكِنْ سُنَّة ُ الدِّيْنِ

فَمَا اْلمُعَزِّيْ بِبَاقٍ بَعْدَ صَاحِبِهِ      
وَلاَ اْلمُعَزَّى وَإِنْ عَاشَا إِلَى حِيْنِ


Bela Sungkawa
  1. Saya bela sungkawa padamu bukan lantaran saya tamak…
    agar saya kekal sendiri Tetapi karena aturan agama.
  2. Orang yang berbela sungkawa tidaklah kekal setelah temannya
    Begitupun orang yang mendapat bela sungkawa tak akan kekal, bila mereka hidup sudah sampai masanya.

Baban Moral Kebaikan


حِمْلاَنُ اْلمِنَّةِ

لاَ تَحْمِلَنَّ لِمَنْ يَمُنُّ                 
مِنَ اْلأَنَامِ عَلَيْكَ مِنَّة

وَاخْتَرْ لِنَفْسِكَ حَظَّهَا               
وَاصْبِرْ فَإِنَّ الصَّبْرَ جُنَّه

مِنَنُ الرِّجَالِ عَلَى اْلقُلُوْ            
بِ أَشَدُّ مِنْ وَقْعِ اْلأَسِنَّه


Baban Moral Kebaikan
  1. Jangan engkau tanggung kebaikan yang diberikan
    Oleh orang lain kepadamu.
  2. Pilihlah mana yang baik buat dirimu sendiri
    Dan bersabarlah sebab sabar itu perisai.
  3. Kebaikan orang-orang yang sampai masuk di hati
    Secara moral lebih berat dari pada tertusuk tombak.

Ketamakan


الطَّمَعُ

أمَتُّ مَطَامِعِيْ فَأَرَحْتُ نَفْسِيْ      
فَإِنَّ النَّفْسَ مَا طَمِعَتْ تَهُوْنُ

وَأَحْيَيْتُ اْلقُنُوْعَ وَكَانَ مَيْتاً         
فَفِيْ إِحْيَائِهِ عَرْضٌ مَصُوْنُ

إِذَا طَمْعٌ يَحلُّ بِقَلْبِ عَبْدٍ           
عَلَتْهُ مَهَانَة ٌ وَعَلاَهُ هُوْنُ


Ketamakan
  1. Tamakku telak kulenyapkan maka tenanglah hatiku
    Karena hati akan hina bila selalu merasa tamak.
  2. Kuhidupkan rasa rela hati setelah sebelumnya mati
    Karena dengan rela hati harga diri terpelihara.
  3. Apabila sifat tamak telah bersarang di hati
    Maka hati pun jadi hina yang tiada taranya.

Tinggalkanlah Kesusahan


ادْرَأِ اْلهَمَّ

سَهِرَتْ أَعْيُنٌ، وَنَامَتْ عُيُوْنُ             
فِيْ أُمُوْرٍ تَكُوْنُ أَوْ لاَتَكُوْنُ

فَادْرَأِ اْلهَمَّ مَا اسْتَطَعْتَ عَنْ النَّفْـ
ــسِ فَحِمْلاَ نُكَ اْلهُمُوْمَ جُنُوْنُ
 
إِنَّ رَباَّ كَفَاكَ بِاْلأَمْسِ مَا كَا      
نَ سَيَكْفِيْكَ فِيْ غَدٍ مَا يَكُوْنُ


Tinggalkanlah Kesusahan
  1. Pada waktu malam hari ada yang tidur ada yang jaga
    Memikirkan hal-hal yang akan terjadi atau tidak.
  2. Hilangkanlah kesusahan hati sesuai dengan kemampuanmu
    Sebab bila kamu selalu susah engkau mungkin bisa gila.
  3. Tuhan telah menanggungmu segala kebutuhan yang telah lalu
    Tuhan pun akan menanggungmu segala kebutuhan yang akan datang.

Nilailah Orang yang Menilaimu


زِنْ مَنْ وَزَنَكَ

زِنْ مَنْ وَزَنَكَ، بِمَا وَزَ     
نَكَ وَمَاوَزَنَكَ بِهِ فَزِنْهُ

مَنْ جَاءَ إِلَيْكَ فَرِحْ إِلَيْ      
ـهِ وَمَنْ جَفَاكَ فَصُدَّ عَنْهُ

مَنْ ظَنَّ أَنَّكَ دُوْنَهُ           
فَاتْرُكْ هَوَاهُ إِذَنْ وَهِنْهُ

وَارْجِعْ إِلَى رَبِّ اْلعِبَا       
دِ فَكُلُّ مَا يَأْتِيْكَ مِنْهُ


Nilailah Orang yang Menilaimu
  1. Nilailah orang yang menilaimu, dengan ukuran apa ia menilaimu.
    Dan sebagaimana ia mengukurmu maka ukur ia dengan cara yang sama.
  2. Bila seseorang datang padamu maka bermainlah kamu bersamanya
    Dan bila seseorang yang menyakitimu maka tingalkanlah dia.
  3. Orang yang menyangka bahwa dirimu di bawahnya
    Maka tinggalkan dia dan hinakan dia.
  4. Dan kembalilah engkau kepada Tuhan para hamba
    Sebab semua yang kau peroleh itu berasal dari-Nya.

Jumat, 17 Desember 2010

Mencintai Ahlul Bait


حُبُّ أَهْلِ اْلبَيْتِ

إِذَا فِيْ مَجْلِسٍ نَذْكُرُ عَلِياً           
وَسِبْطَيْهِ وَفَاطِمَة َ الزَّكِيَّة

يُقَالُ تَجَاوَزوْا يَا قَوْمُ هَذَا           
فَهَذَا مِنْ حَدِيثِ الرَّافِضِيَّة

بَرَئْتُ إِلَى اْلمُهَيْمِنِ مِنْ أُنَاسٍ       
يَرَوْنَ الرَّفْضَ حُبَّ اْلفَاطِمِيَّة


Mencintai Ahlul Bait
  1. Apabila dalam suatu majelis disebut nama Ali ra
    Kedua putranya (Hassan-Hussen) dan Fatimah yang suci.
  2. Lalu ada yang berpendapat bahwa hal itu berlebih-lebihan
    Karena hal itu adalah kisah yang dilakukan golongan Rafidhah.
  3. Maka saya tidak bertanggung jawab kepada Allah atas orang-orang…
    yang berpendapat bahwa madzhab Rafidhah itu adalah madzhab yang mencintai Fatimah.

Hari Jadiku


يَوْمُ تكْوِيْنِيْ

رَأيتُكَ تَكْوِيْنِيْ بِميْسَمِ مِنَّة ٍ         
كَأنَّكَ كُنْتَ اْلأَصْلَ فِيْ يَوْمِ تكْوِيْنِيْ

فَدَعْنِيْ مِنَ اْلمَنِّ اْلوَخِيْمِ فَلُقْمَة ٌ     
مِنَ اْلعَيْشِ تَكْفِيْنِيْ إِلَى يَوْمِ تَكْفِيْنِيْ




Hari Jadiku
  1. Aku melihatmu pada hari jadiku dengan penuh kebaikan
    Seolah-olah engkau yang asli pada hari jadiku.
  2. Maka biarkan aku tidak mengambil pemberian yang busuk
    Karena sesuap kehidupan cukup bagiku sampai mati.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb...!
 

© Modified by Aliev Zara Ghaza Flotilla